Senin, 01 Maret 2010

FESTIVAL BACA PUISI TINGKAT KABUPATEN


FESTIVAL BACA PUISI
MENGENANG PERJUANGAN KH. ABDURRAHMAN WAHID
DALAM RANGKA PERINGATAN HARLAH IPNU – IPPNU XXXI
DESA PEGIRIKAN



KETENTUAN DAN PERSYARATAN
FESTIVAL BACA PUISI UNTUK KATEGORI UMUM

1. Lomba baca puisi ini diselenggarakan oleh PR. IPNU - IPPNU Desa Pegirikan dalam rangka peringatan Harlah IPNU – PPNU XXXI Desa Pegirikan Kec. Talang Kab. Tegal
2. Lomba ini diselenggaran pada hari Minggu tanggal 21 Maret 2010 bertempat di Gedung NU Desa Pegirikan Kec. Talang Kab. Tegal.
3. Kategori puisi untuk umum.
4. Peserta lomba adalah mereka yang telah mendaftarkan diri pada tempat-tempat pendaftaran dan sudah mendaftar ulang. Bagi peserta di luar Kabupaten / Kota Tegal dapat mendaftarkan pada hari H. sebelum pelaksanaan lomba dimulai, adapun registrasi sebesar Rp. 10.000,-
5. Peserta lomba membacakan puisi wajib dan puisi pilihan pada babak penyisihan dan membacakan puisi lainnya pada babak final.
6. Peserta lomba yang dipanggil 3X berturut-turut dan tidak maju akan dipanggil kembali di urutan terakhir, baik pada babak penyisihan maupun babak final.
7. Juri lomba adalah orang-orang yang sangat kompeten dibidangnya dan memberi penilaian secara independent.
8. Lomba ini memperebutkan Thropi, Piagam dan Uang pembinaan



PUISI WAJIB

Karena Ayahku


Kalau aku orang dermawan karena Ayahku mengajarkan
Kalau aku jadi orang toleran, itu karena Ayahku yang menjadi panutan
Kalu aku jadi orang beriman, itu karena Ayahku yang menjadi imam
Kalau aku jadi orang rendah hati, itu karena Ayahku yang menginspirasi
Kalau aku jadi orang cinta kasih, itu karena Ayahku memberi tanpa pamrih
Kalau aku bikin puisi ini karena Ayahku yang rendah hati.


Karya :
Inayah Wahid
( Putri Bungsu KH. Abdurrahman Wahid )

PUISI-PUISI PILIHAN

BEGITULAH GUS


Karya : Julis Nur Husen


Dulu

ketika tuan seorang Presiden

Para raja disegala penjuru

mendengak takjub kepuncak monas

Dunia gembira datangnya kesatria

alam berbenah menyambut berkah


Ditepian istiqlal dzikir dan puji berserak sesak

Klenteng yang muram berjuta hari bangun berdiri

Disudut dalam negeri asap dupa menjunjung langit

Kuil mungil jadi riang bersiul centil

Tabur meruah do’a dan puji

Dulu …..

sekali waktu tuan seorang presiden

Semua hidup dalam drajat bermartabat

yang tertindih dan tersisih

Tersadar haru melihat kibar dwi warna

megah hingga kepuncak angan mereka

Kebhinekaan Indonesia

nyata tak bersekat warna

Ritual ibadah putih berkilau

dari ragam kitabnya

alangkah nikmatnya

Menjadi pelaku sah dinegri ini

Yang lahir dan tumbuh

oleh multi keberagaman beratus

tahun lalu

kini

setelah tuan disinggasana abadi

Semua orang mendadak repot kembali

mengenali jati diri negeri

Mengamati sepak terjang generasi

Mengawasi ulah para petinggi


Adigang adigung

Injak bawah kanan kiri


Akulah penguasa yang berkuasa untuk menguasai …..!

Akulah petinggi yang lihai mengendalikan situasi dengan senjata materi …..!

Akulah menteri pemilik segala didalam dan diluar negeri.

Menteri segala brokrasi modalku negosiasi dan koneksi

Dan pasti kubuang nurani …….!

Begitulah Gus Indonesia terkini


Tegal, 10 Januari 2010


SIAPA LAGI …..



Kara : Julis Nur Hussein



Ya robbi bil mustofa

Baligh maqaa shidanaa

Waghfir lanaa maa madlaa

Yaa wasi’al karomi


Berita lelayu atas engkau

Mencekik segenap detak tubuh

Angin barat dan timur beradu

Jadi huru hara sungkawa

Alam trsedu, bumi menghempar lesu

Air mata berguguran menyaksik dengar engkau berpulang


Gusti …….

Gelap jiwa, gelap rasa, gelap hati, gelap sanubari

Gelap …..Gelap ….terasa pekat gulita

Pekik baru dan kesedihan menghantam raga

Ditiap jengkal kaki melangkah

Menatap peti itu jasad engkau bersimpuh

Setiap itu pula air mata duka

Laillahaailallah, muhammadrro sulullah


Tuhan kau panggil yang terbaik bagi semua bangsa

Secepat itukah sang permata

Siapa lagi sang pengolok duka jadi tawa

Siapa lagi bapak bangsa yang akan kami puja


Huwal habiibulladzii

Turjaa syafaa’atuhu

Likulli hauliminal

Ahwalimuqtahami

Selamat jalan Gus ……

Do’a kami deras mengucur

Ke Arrasy Maha Tinggi dan Abadi


Tegal, 22 Januari 2010


ANAK –ANAK MATAHARI

( Buat Gusdur )

Karya : M. Mi’roj Adhika AS, SPd.I


Anak – anak matahari

Lahir dalam sunyi

Dalam asuhan embun pagi

Dan lindungan harum bunga – bunga di belukar

Ia terus saja tumbuh

Matahari menjaganya

Ia diajari air hidup merendah menyejukan semesta

Ia diajari telaga selalu suci dan sabar

Ia diajari hujan penuh rahmat dalam kehidupan

Ia diajari gunung tegar menghadapi tantangan

Ia diajari laut tentang menghadapi ombak atau pun topan

Ia diajari Guntur menggertak kedzoliman

Ia diajari banjir mengikis habis angkara murka

Ia diajari batu memilki sifat keras dan tegas pada

Kebenaran hakiki

Ia diajari alam semesta

Anak –anak matahari

Adalah air

Adalah api

Anak – anak matahari

Lahir dalam sunyi

Dalam asuhan embun pagi

Dan cahaya matahari

Pekiringan 1999


SEKETIKA


Karya : Julis Nur Husen



Seketika

Wajah – wajah meronta

Wajah – wajah tertekan

Wajah – wajah bimbang

Wajah – wajah gamang

Wajah – wajah itu terus meronta

Memutar bunga racu

Pada grnggaman jaman

Berpuluh tahun tersimpan

Dalam benak yang lacur mendalam


Seketika

Wajah – wajah berkencan

Wajah – wajah tegang

Wajah – wajah muram

Wajah – wajah penuh kedengkian

Wajah – wajah it uterus berloncatan

Mencairkan keras dendam

Pada telaga dada

Yang berkemas dalam peti

Beraneka luka diterbanya pada keramaian

Yang berpesta pora

Mengoyak tubuh orde pada bangunan

Bersejarah bangsa


Seketika

Wajah – wajah termangu

Desing bingung

Terbakar ketakutan

Dibekat ngeri dan kesakitan

Tubuh siapa tercabik remuk

Jadi lautan asap dan telaga air mata

Tubuh siapa itu tertunduk lesu

Di pinggir sejarah

Ah …..! Apa yang kita dapat hingga kini..?


Bogor, 30 April 1997


RISALAH


Karya : Apito Lahire


7 lapis langit terbuka

Dibuka 77 milyar kekuatan do’a

Dari ruh gemuruh riuh

Sebelum pergi tak pernah kau mintakan itu semua

Tapi langit bersalam padamu

Jiwa teraniaya ikut mendo’akanmu


Aku jadi paham makna kesejatianmu

Manusia memang harus berbeda untuk bertemu

Bukan demi berpisah


Maka ringan saja sukmamu melenting disela – sela awanyang berdzikir juga untukmu

Naik meleset

Menujun Allah yang tidak pernah memperbedakan perbedaan

Yang tidak mungkin juga bertanya

Dari partai mana asalmu ? yang hasil muktamar apa munaslub ?

Yang benderany berwrna atua buram ?

Yang kemarin menang atau kalah perhitungan ?


Mak selamatlah engkau

Menemani Allah, mengakrabi Allah

Bermanja – manja dengan Allah

Biar kami yang disini menguji diri

Apakah bisa menegakan Cinta kasuh – Mu

Allah ……..


20 Januari 2010

Informasi lebih lanjut hubungi Afif Rozak (087830219213)